Pada
kesempatan kali ini saya coba searching dibantu mbah gugle akhirnya dapet jg
sedikit pencerahan dan referensi tentang asal muasal hari Raya Idul Adha atau
yang sering kita namakan hari Raya Kurban. Kali ini coba akan di cari tahu awal
kisah diperintahkannya umat Islam untuk berkurban dan tentang puasa Arafah.
Kita
mulai cerita dari kelahiran Nabi Ismail. Nabi Ismail merupakan putra dari Nabi
Ibrahim dari istrinya yang bernama Siti Hajar. Pada saat itu Nabi Ibrahim
berdoa kepada Allah untuk diberikan keturunan yang baik, lalu Allah memberikan
kabar gembira kepadanya bahwa doa itu akan segera dikabulkan. Ketika Ibrahim
menetap di negeri Baitul Maqdis selama sepuluh tahun, Sarah berkata,
‘Sesungguhnya Tuhan telah menetapkan bahwa aku tidak akan bisa melahirkan. Oleh
karena itu nikahilah pelayanku ini semoga Allah memberikan anak kepada kita
melaluinya.
Setelah Ibrahim menyetujui usul istrinya tersebut, maka ia
menikahi hamba sahaya yang diberikan oleh raja mesir sebelumnya. Tak lama
kemudian Hajar pun hamil. Malaikat memberitahukan bahwa ia akan melahirkan
seorang anak laki-laki diberi nama Ismail. Setelah besar nanti ia akan dikenal
seluruh masyarakat dan banyak membantu orang. Orang banyak pun akan
membantunya. Kemudian ia juga akan menguasai seluruh negeri saudaranya. Maka
Siti Hajar pun mengucapakan syukur atas hal tersebut.
Ketika Siti Hajar melahirkan Ismail, kecemburuan Siti Sarah makin
membara. Sarah meminta Ibrahim untuk menyingkirkan Hajar dari pandangannya.
Maka dari itu dengan berat hati nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismail yang saat
itu masih bayi keluar dari rumah dan berjalan hingga sampai di suatu tempat
yang sekarang dikenal sebagai Kota Makkah.
Setelah menemukan tempat tersebut, kemudian Nabi Ibrahim
berniat meninggalkan mereka untuk kembali ke Negeri Syam. Namun Siti Hajar
mencegahnya, tapi setelah mengetahui bahwa ini merupakan perintah Allah, maka
Siti Hajar pun mengikhlas kepergian Ibrahim. Setelah cukup jauh berjalan, Nabi
Ibrahim berhenti kemudian berbalik ke belakang seraya berdoa. Doa Nabi Ibrahim
terdapat di dalam Al-Quran Surah Ibrahim: 37.
Saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, Siti Hajar tetap
memberikan asi kepada Ismail, namun lama kelamaan bekal air mereka habis dan
air susu Siti Hajar pun mengering. Karena tidak tega melihat anaknya yang
gelisah karena haus, maka ia pun memutuskan pergi dari tempat itu. Lalu setelah
lama berjalan sampailah mereka di bukit Shafa. Kemudian Siti Hajar memandang
sekitar untuk mencari seseorang yang dapat membantunya, namun tak ada seorang
pun di sana. Kemudian dia turun dari bukit itu sambil berlari-lari kecil menuju
bukit Marwah, namun lagi-lagi ia tidak melihat siapapun di sana. Selanjutnya ia
bolak-balik di kedua bukit itu dan melakukan hal yang sama. Rasulullah
bersabda, ‘Itulah alasan disyariatkannya bersa’i antara kedua bukit itu’. (saat
haji/umrah)
Ketika Siti Hajar berada di atas bukit Marwah untuk ketujuh
kalinya, ia mendengar ada suara yang memanggilnya. Dan setelah dicari darimana
asal suara tersebut ternyata suara tersebut merupakan suara malaikat. Siti
Hajar melihat malaikat tersebut menghentakkan kakinya hingga keluarlah mata air
di tempat itu. Setelah melihat hal tersebut Siti Hajar pun segera menuju tempat
tersebut. Ia menciduk air tersebut dan memasukkannya ke dalam kantong. Air
tersebut segera diminum dan setelah itu Siti Hajar memberikan susu pada
anaknya.
Hajar menjalani kehidupannya dengan meminum air
Zamzam. Hingga pada suatu hari ada sekelompok orang yang berasal dari Jurhum.
Setelah mencari tahu bahwa daerah yang ditempati Siti Hajar terdapat air, maka
kelompok tersebut meminta izin kepada Siti Hajar untuk menetap di sana. Siti
Hajar pun senang atas kedatangan kelompok tersebut. Maka meneteplah kelompok
Jurhum tersebut, hingga akhirnya kota Makkah semarak dengan keberadaan sejumlah
keluarga di sana.
Ismail pun bertambah besar dan mulai dewasa, maka ia dinikahkan
dengan wanita dari kelompok Jurhum. Tak lama kemudian ibunda Ismail menghadap
ke haribaan Allah.
Setelah beberapa lama ibu Ismail meninggal akhirnya Ismail dapat bertemu
kembali dengan ayahnya yaitu Nabi Ibrahim. Pada saat itu Nabi Ibrahim
bermimpi dalam tidurnya seakan ia mendapatkan perintah untuk menyembelih
Ismail. Hal tersebut merupakan ujian yang sangat berat, mengingat Ismail adalah
putera yang sangat ia sayang dan mereka baru saja bertemu. Lalu nabi Ibrahim menyampaikan
mimpinya kepada Ismail. Karena nabi Ismail adalah anak yang berbakti maka ia
langsung mempersilahkan ayahnya untuk melakukan hal tersebut. Setelah keduanya
sama-sama berserah diri, kemudian nabi Ibrahim merebahkan anaknya dengan
pelipis menempel di tanah. Setelah nabi Ibrahim berusaha menggerakkan pisaunya
di leher Ismail, Allah memanggilnya, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah
membenarkan mimpi itu.” Kemudian anak itu diganti dengan seekor hewan
sembelihan besar. Perintah menyembelih Ismail terdapat di surah
Ash-Shaaffaat: 99-113.
Dari sinilah kisah perintah berkurban dianjurkan kepada umat Islam untuk mengukur sampai di mana keataatan seorang hamba. Berkurban merupakan perintah langsung dari Allah swt, di mana Allah menguji kesabaran, keikhlasan dan ketaatan hamba-hamba-Nya agar mereka senantiasa menjadi hamba yang bersyukur.
PUASA ARAFAH
Dari sinilah kisah perintah berkurban dianjurkan kepada umat Islam untuk mengukur sampai di mana keataatan seorang hamba. Berkurban merupakan perintah langsung dari Allah swt, di mana Allah menguji kesabaran, keikhlasan dan ketaatan hamba-hamba-Nya agar mereka senantiasa menjadi hamba yang bersyukur.
PUASA ARAFAH
Puasa Arafah adalah puasa yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Puasa Arafah dinamakan demikian karena saat itu jamaah haji sedang wukuf di
terik matahari di padang Arafah. Puasa Arafah ini dianjurkan bagi mereka yang
tidak berhaji. Sedangkan yang berhaji tidak disyariatkan puasa ini.
Mengenai hari Arofah,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ
مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ
فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara
hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah.
Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para
malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”
(HR. Muslim)
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arofah adalah hari pembebasan
dari api neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa saja yang sedang
wukuf di Arofah dan penduduk negeri kaum muslimin yang tidak melaksanakan
wukuf. Oleh karena itu, hari setelah hari Arofah –yaitu hari Idul Adha- adalah
hari ‘ied bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Baik yang melaksanakan haji dan
yang tidak melaksanakannya sama-sama akan mendapatkan pembebasan dari api
neraka dan ampunan pada hari Arofah.” (Lathoif Al Ma’arif, 482)
Mengenai keutamaan puasa Arafah disebutkan dalam hadits Abu Qotadah,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
صِيَامُ
يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى
قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ
عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa
Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa
Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR.
Muslim).
Ini
menunjukkan bahwa puasa Arafah adalah di antara jalan untuk mendapatkan
pengampunan di hari Arafah. Hanya sehari puasa, bisa mendapatkan pengampunan
dosa untuk dua tahun. Luar biasa fadhilahnya ...
Hari Arafah pun merupakan waktu mustajabnya do’a sebagaimana disebutkan
dalam hadits,
خَيْرُ
الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ
مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik
do’a adalah do’a pada hari Arofah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula
diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu
laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir
(Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada
sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang
menguasai segala sesuatu)”.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Jadi, berkurban dan puasa arafah itu memiliki keutamaan
begitu besar, makanya kita diperintahkan untuk menjalankannya. Untuk sahabat ku
jangan lupa ya untuk berkurban dan puasa arafah, kalau belum mampu berkurban
setidaknya puasa arafah dulu aja deh.
Sekian dulu yak,,,
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentarnya..
Salam Beramal