Hikayat Pengemis yang Menjadi Raja
Dahulu
kala, seorang raja memiliki wilayah kekuasaan yang luas dan kuat, akan
tetapi dia tidak dikaruniai anak. Dia tidak memiliki pewaris yang akan
menggantikannya. Sang raja itu kini telah tua.
Suatu hari dia memanggil para menterinya dan menyampaikan sebuah wasiat, “Perhatikan
dengan teliti apa yang akan aku katakan. Aku ingin berwasiat sehingga
setelah kematianku nanti kalian tidak kebingungan dan tidak menimbulkan
fitnah dan kerusuhan di kerajaan ini. Wasiatku adalah agar setelah
kematianku, kalian cepat pergi ke gerbang kota di pagi hari, dan
angkatlah orang pertama yang melintasi gerbang kota sebagai raja. Kalian
semua harus ada di sana dan tidak boleh ada kecurangan atau pelanggaran
hak. Jangan kalian ceritakan wasiatku ini kepada siapa pun. Karena jika
masyarakat mengetahui keputusanku ini, maka pagi itu, ribuan orang akan
berlomba-lomba menjadi orang pertama yang melintasi gerbang kota, dan
ketika itu akan muncul fitnah dan kerusuhan. Jika itu terjadi maka
kalian tidak akan lagi dapat mengontrol kondisi. Ingat! Angkatlah orang
pertama yang melintasi gerbang kota menjadi raja penggantiku. Jika
kalian membocorkan masalah ini, maka aku tidak akan menunjukkan belas
kasihan dan aku akan menghukumnya. Ini adalah rahasia yang tidak boleh
kalian ungkap.”
Hari
dan pekan-pekan berlalu, sampai saat itu tiba dan sang raja
menghembuskan nafas terakhirnya. Masyarakat yang mengkhawatirkan nasib
dan masa depan mereka, saling mengemukakan pendapat dan berbagai
kemungkinan. Adapun para menteri, setelah menguburkan raja dan menggelar
acara duka, mereka segera bergegas menuju pintu gerbang kota pada pagi
harinya.
Keesokan
paginya, para menteri berkumpul dan berdiri menanti di depan pintu
gerbang kota. Mereka menunggu pintu gerbang kota dibuka dan menanti
orang pertama yang akan melintasinya.
Ketika
pintu gerbang kota terbuka, orang pertama yang melintas adalah seorang
pengemis. Para menteri itu langsung menundukkan kepala tanda hormat
kepada pengemis itu. Para menteri membawa pengemis itu ke istana dan
melaksanakan acara penobatan pengemis itu sebagai raja. Adapun sang
pengemis yang tidak mengetahui apa-apa dan sedang kebingungan atas
perilaku para menteri itu, beranggapan bahwa mereka sedang bercanda.
Dengan demikian sang pengemis itu menjadi raja.
Hari,
bulan, dan tahun demi tahun berlalu, sang pengemis itu berkuasa sebagai
raja dan hidup dengan penuh nikmat. Jika dulu ia selalu bersusah payah
mencari sesuap nasi untuk makan, kini ia tenggelam dalam nikmat. Ia
menikmati hidup dan bersyukur kepada Tuhan karena raja sebelumnya mati
tidak meninggalkan pewaris sehingga ia kini menjadi raja.
Sang
raja yang dulunya sebagai pengemis itu berharap Tuhan mengkaruniainya
seorang putra yang akan menjadi pewaris tahta. Meski demikian, sang raja
sangat bahagia dengan apa yang dimilikinya sekarang.
Akan
tetapi mengingat sang raja tidak mengetahui apa-apa tentang urusan
pemerintahan, perlahan-lahan dia mulai lelah dan kontrol kerajaan pun
tak terkendali. Setiap hari terjadi fitnah dan pemberontakan di wilayah
kekuasaan. Kabarnya juga disampaikan kepada raja. Akan tetapi dia tidak
berbuat apapun kecuali bersedih dan mengeluh.
Sang
raja tidak tahu bagaimana cara meredam fitnah dan pemberontakan
tersebut. Selain itu ia juga tidak mengetahui cara mengendalikan
kerajaannya. Dia hanya mengurung diri di dalam istana dan bersedih.
Suatu
hari, seorang kawan lama raja pulang kampung setelah bertahun-tahun ia
merantau. Ketika sampai, ia mengetahui bahwa kawannya kini telah menjadi
raja. Ia pun memutuskan untuk pergi ke istana dan bertemu.
Di hadapan raja ia berkata, “Aku
bersyukur kepada Tuhan, karena kau telah terselamatkan dari kesusahan
dan kesulitan di masa lalu dan sekarang kau hidup penuh nikmat dan
kebahagiaan. Kini kau tidak perlu lagi memikirkan untuk mencari makan
dan kesulitan dalam hidup ini.”
Sang raja menjawab, “Wahai
kawan, aku justru merindukan hari-hari ketika aku menjadi pengemis
dulu, karena ketika itu aku hanya memikirkan bagaimana untuk makan, tapi
sekarang, semua kegelisahan dunia ada pada pundakku. Sekarang aku
menyadari bahwa merasa berkecukupan adalah karunia terbaik yang
diberikan Allah SWT kepada manusia, akan tetapi banyak manusia yang
tidak mensyukurinya termasuk diriku.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentarnya..
Salam Beramal