“Allahumma innaka affuwhun kariem,
tuhibbul afwa fa’fu anna,,ya kariem…”
Ramadhan tinggal sehari, ada yang sedih dan tak
sedikit yang senang (bahagia). Sedih karena merasa amal ibadah selama ramadhan
ini masih sangat sedikit dan belum tentu Allah akan mempertemukan kembali pada
Ramadhan selanjutnya. Sedangkan yang gembira adalah karena merasa telah
mencapai hari kemenangan (Idul fitri) dengan membawa banyak amalan-amalan yang
telah di lakukan pada ramadhan ini. Tidak hanya itu, mungkin sebagian
bereuforia karena mengartikan kemenangan sebagai arti yang kurang tepat.
Kemenangan diartikan sebagai kebebasan, ya bebas, bebas dari puasa (makan &
minum), bebas berbuat hal-hal yang dilarang pada saat ramadhan, dan yang paling
disenangi dan dibangga-banggakan umumnya masyarakat indonesia atau bahkan
masyarakat muslim di dunia biasanya bebas membeli ini dan itu (pakaian lebaran,
kue lebaran, rumah & isinya untuk lebaran, kendaraan lebaran, dll). Lebaran
diartikan sebagai bebas dari belenggu untuk berfoya-foya. Tidak ada salahnya
sih membeli ini dan itu, mempersiapkan ini dan itu, karena itu mungkin bagian
dari ibadah untuk menyenangkan tamu ketika lebaran esok, tapi jangan sampai
berlebihan dan melupakan pesan ramadhan, mulai dari amalan sampai kebiasaan.
Allah tentu tidak menyukai hambaNya yang berprilaku
boros dan lalai. Pesan ini disampaikan bulan ramadhan kepada seluruh umat
manusia. Bulan Ramadhan mengajarkan kita untuk menSTOP segala tindakan boros
dan lalai. Pada pembahasan kali ini akan coba kita analisis pesan ramadhan
untuk kita yang sebentar lagi akan meninggalkan kita. Tentu sedih kan? Tapi jika
kita mengerti akan pesan ramadhan ke ramadhan berikutnya kita akan terus
tersenyum menghadapi bulan-bulan selanjutnya. Ramadhan mengajarkan kita untuk
tidak boros dan lalai.
Firman Allah SWT :
إِنَّ
الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ
كَفُورًا
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya. (QS. Al-Isro’: 27)
Kenapa tidak boleh boros?
Pertanyaan ini tentu bisa difahami secara umum bahwa
sifat boros itu tidak baik. Pada bulan ramadhan kita di ajak untuk MENGURANGI bukan
melarang segala macam makanan yang masuk dalam tubuh kita, salah satu tujuan
secara fisik adalah untuk kesehatan. Semua orang juga sedah tahu bahwa secara
medis puasa akan dapat membuat tubuh sehat, buktinya ketika seseorang hendak
operasi biasanya di minta untuk berpuasa beberapa jam sebelum dilakukan
pembedahan (operasi).
Firman Allah SWT :
وكُلُواْ
وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan. (QS. Al-‘Arof: 31)
Perut adalah sarang segala penyakit, dengan berpuasa
kita akan menyeimbangkan pola makan kita dengan kemampuan metabolisme tubuh
sehingga metabolisme tubuh dapat kembali normal. Pada bulan selain ramadhan pada
umumnya kita banyak mengkonsumsi makanan yang berlebihan. Segala macam makanan
biasanya masuk ke perut tanpa aturan dan takaran sehingga mengakibatkan lambung
overload dan metabolisme terganggu. Mulai dari sinilah awal mulanya segala penyakit.
Termasuk penyakit pusing kepala diakhir bulan karena mendadak terserang Kanker
(kantong kering) disebabkan banyak pengeluaran hanya untuk makanan.
Dari segi makanan saja kita hitung deh berapa banyak
konsumsi masyarakat Indonesia tiap harinya. Kalau biasanya dan umumnya kita
makan 3 (tiga) kali sehari pada saat ramadhan menjadi 2 (dua) kali sehari atau
bahkan masih sama saja (buka makan, habis taraweh makan, sahur makan). Yaa anggap
aja iya deh. Tapi coba kalkulasikan konsumsi nasi (beras) pada hari biasanya dg
pada bulan ramadhan.
Asumsi konsumsi beras (makanan pokok) masyarakat Indonesia
perorang adalah 0,3 Kg/hari (102 Kg perkapita) dan jumlah penduduk sebanyak 200
juta jiwa. Maka konsumsi beras nasional mencapai 60,000 ton/hari.. Woow… Baanyak
banget ya. Dan ternyata konsumsi masyarakat Indonesia kata pemerintah melebihi
atau bahkan hampir dua kali lipat dari jumlah konsumsi rata-rata beras dunia
yaitu 60 Kg/kapita.
Bulan ramadhan memberi berkah dan memberi solusi
pangan bagi pemerintah. Dengan puasa secara langsung akan menurunkan angka
konsumsi beras nasional yang berlebih, yang biasanya 0,3 kg perkapita coba
turunkan aja menjadi 0,2 kg/kapita (anggapan makan dua kali @0,1 kg,,,udah
banyak tu) maka bisa menghemat 29 kg/perkapita dari 102 kg menjadi 73
kg/kapita. Kalau saja kondisi konsumsi pada saat ramadhan ini dipertahankan
sampai bulan-bulan selanjutnya tentu kondisi pangan nasional akan berbeda. Kita
kalikan aja penghematannya dengan jumlah penduduk, maka akan menghemat 5,8 juta
ton. Angka ini akan bisa menghidupi 29 juta masyarakat miskin di Negara lain
seperti Kongo, Bangladeh, Palestina, Meksiko, Burundi, Liberia, Serbia, Eritria
dan Negara miskin di Asia dan Afrika. Subhanallah. Asumsi penghematan ini sudah
termasuk rakyat miskin di Indonesia sendiri.
Jika ini diterapkan Indonesia akan swasembada beras sepanjang tahun. Dan perut
kita tidak akan dipegang terus oleh bangsa lain deh….
Hikmah ramadhan baru saja diambil dari butiran beras
yang kita konsumsi, belum menghitung yang lain. Intinya selain ramadhan bisa
memberi pertolongan yang adil bagi seluruh umat manusia sebagai efek/hikmah
dari bulan penuh berkah yakni ramadhan tapi juga memberi pelajaran kepada kita
untuk tidak boros. Pergunakan apa yag kita miliki dengan seperlunya, dengan
kecukupan bukan berlebih-lebihan. Hal ini tentunya bisa memberi efek pula pada
11 bulan selanjutnya sehingga kita bisa menjadi manusia yang sehat baik secara
fisik maupun financial (keuangan) karena banyak tabungan yang seharusnya kita
gunakan untuk berboros-boros ria tapi bisa kita gunakan untuk masa depan atau
membantu orang lain yang kurang mampu.
Boros adalah sifat yang dekat dengan syaitan. Bukan hanya
dekat bahkan dalam hadits menyebutkan bahwa sifat boros ini adalah saudara
syaitan. Dan syaitan itu selalu ingkar kepada Tuhannya, jika sudah ingkar sudah
tentu akan mempegaruhi manusia untuk ingkar juga, karena itu adalah misinya
syaitan. Sifat boros ini akan mengantarkan kita pada sifat ingkar syaitan
dengan iming-iming kesenangan sesaat. Naah, pada saat kita kesenangan dengan
iming-iming tadi kita akan sering lalai pada Allah, mulai dari perintahNya
sampai pada laranganNya.
Jadi, ramadhan bisa dikatakan sebagai bulan latihan
untuk kita yang mungkin belum terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan dan
sifat-sifat yang di contohkan rasulallah dan bahkan di perintahkan Allah SWT
seperti perintah zakat, sedekah dan tidak boros. Udah ada ayatnya tu tadi
diatas. Secara makna umum saja sudah faham kan?
Ramadhan kali ini kita jadikan sebagai awal dari
kebiasaan-kebiasaan baik untuk tidak boros dan menjaga diri dari kelalaian kita
kepada Allah. Kita tetapkan posisi semangat kita seperti pada saat awal
ramadhan atau ketika 10 hari terakhir ramadhan. Kita kencangkan ikat pinggang
kita, menjaga ibadah-ibadah kita mulai dari ibadah wajib dan sunnah, tilawahnya
di gencarkan, yang biasanya ketika ramadhan 2 juz/hari di kencangkan lagi
menjadi 5 juz/hari pada bulan-bulan selanjutnya. Ketika bulan ramadhan Allah memberi
banyakbonus pahala kita sangat gencar mengejarnya, tentu pada bulan yang tanpa
bonus kita akan lebih gencar lagi melebihi bulan ramadhan ketika kita ingin
menyamakan pahala atas amalan kita setara dengan bulan ramadhan. Seharusnya semangat
itu yang harus kita miliki. Semangat melebihi ramadhan.
Semoga kita termasuk dalam golongan orang yang selalu
menjaga diri kita dari sifat boros dan lalai. Sehingga kita menjadi hambaNya
yang di cintai dan diberi pertolongan di saat kesusahan menimpa kita. Semoga
bermanfaat dan memberi hikmah dari sedikit tulisan ini.
Wallahu’alam bissawab,
28 Ramadhan 1434 Hijriyah
Ali Ariswanto
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentarnya..
Salam Beramal