SELAMAT DATANG DI BLOG PENJELAJAH ILMU, SEMOGA MENJADI AMAL....! >>>>>>> MAAF BLOG INI MASIH DALAM PERBAIKAN.......

Selasa, 13 Desember 2016

Pintu Rimba & Kelelahan Pertama Menuju Puncak Tertinggi Sumatra

Kerinci (25/12/2015) - Hai Sobs,,,,,Menyambung catatan perjalanan sebelumnya di Persiapan Lengkap Menuju Puncak Tertinggi Sumatra

PINTU RIMBA
Setelah mendaftarkan tim di pengelola TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat), kami langsung menggendong barang bawaan menuju pintu rimba.
 





Kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya
Mata yang akan menatao lebih lama dari biasanya
Leher yang akan sering melihat keatas
Lapisan tekad yang 1000 kali lebih keras dari baja
Hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya
Dan mulut yang akan selalu berdo’a


No comments

Persiapan Lengkap Menuju Puncak Tertinggi Sumatra

Kerinci (24/12/2015) - Berada di puncak apapun itu merupakan sebuah moment yang tak bisa di lupakan. Puncak kejayaan apapu itu pastinya membuat kita menjadi "diri kita sebenarnya", karena dengan itu kita mampu mengukur batas kemampuan kita sampai hasilnya bisa membuat kita bangga dan puas atas segalanya.

Yosh,,,sobs, ini adalah catatan perjalanan menuju puncak tertinggi sumatra. Catatan yang telah lama tak di rampungkan, karena beberapa alasan. Alasan utama adalah kemalasan menulis, dan alasan paling masuk akal dan sesuai dengan alasan pertama adalah Terlalu banyak kisah untuk di ceritakan,,,,,hahahahaha. Karena terlalu banyak yang ingin di kisahkan namun malas menulisnya jadi ya tak selesai-selesai.

Oke deh sobs.... semoga catatan saya bersama tim bahagia yang telah di rencanakan kala itu bisa memberi inspirasi dan manfaat bagi kamu para pembaca.....iyaaa kamu...kamu yang lagi senyum.....ehhh,,,yang lagi bersikap polos membaca tulisan ini......hahahaha #Lupakan


Jadi gini sobs,,,,BerPROLOG dulu lah bisa BERKAH.

Rasanya sayang sekali jika dalam hidup ini tak ada pengalaman yang menyenangkan, karena sesungguhnya hidup itu menyenangkan kawan. Ya memang menyenangkan jika saja kita bisa mensyukuri lebih banyak dari penderitaan, kemalangan, kesusahan, kesedihan dan apapun itu yang sering kali kita alami dan mungkin saja tidak kita inginkan.

Dalam hidup ini bersyukur itu penting, karena dengan kesyukuran apapun yang kita kerjakan akan melegakan. Karena orientasinya bukan hanya hasil yang kita capai tapi lebih besar dari itu. Syukur dalam versiku itu begini :

"Syukur itu tanda kita bahagia"
"Syukur itu tanda kita sehat"
"Syukur itu tanda kita normal"
"Syukur itu tanda kita berfikir"
"Syukur itu tanda kita mengakui adanya Sang Maha Pemberi.
"Syukur itu tanda kita Ikhlas"


Oke,,,,,dimulailah perjalanan menuju puncak.
 




(pose Siap, Lengkap, Terencana dan Terniatkan) - Lokasi : Camp. Pemuda Fprj Kota Jambi





Setelah persiapan segala sesuatunya benar-benar siap. KAMIpun siap menggendong Carier yang beratnya 60 Ton. Ya bekal ini dan itu persiapan menuju medan yang kami belum tahu, memperkirakan segala kemungkinan. Kemungkinan ini dan itu, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan di luar kendali......ehh,,,itu beneran 60 Ton ya,,,,,rasanya,,,,hahahaha...coba itung berat Carier anggap aja 60 Kg di kalikan dengan seribu langkah yang kami tempuh, bahkan lebih dari seribu langkah kami saat muncak....yaaah, terserah lah percaya atau tidak. Toh kami aja yang mengalami koq...hehehe

Singkat cerita, kami berangkat malam hari dengan pertimbangan sampai kerinci bisa paginya dan langsung mendaki Gunung Kerinci. Karena persiapan untuk ekstra tenaga esok harinya, kamipun putuskan dalam perjalanan full tidur dan mengisi tenaga agar tak lelah saat mendaki nantinya. Yaaa, tentu ada obrolan-obrolan gombal, dak penting dan ketawa-ketiwi dengan candaan khas kami. Garing lah kl jalan-jalan api gak heppy....

Jadi, tau kan intinya "jalan-jalan itu kudu heppy"....#itu😆😆😆

Karena fokus ke istirahat, sampai-sampai pas istirahatpun kami tak sempat foto dokumentasi...Laaah, gimana mau foto coba, la wong kami tidur semua,,,abang sopir fokus nyetir lah sobs....jadi, gak ada beneran fotonya,,,,yaaaah, zudah lah.

Daaaan akhirnya,,,,,kami berfoto dulu sama si macan...bukan trio macan ya,,,,
                                    Tugu macan - Kayu Aro - Kerinci
 
Oke,,,next,,,setelah mencari-cari sarapan pagi dan keperluan lain kami siap menuju puncak. Tapi kami harus mendaftar dulu di kantor TNKS sebelum selanjutnya melewati PINTU RIMBA.


Selanjutnya di catatan perjalanan kami selanjutnya.
Pintu Rimba & Kelelahan Pertama Menuju Puncak Tertinggi Sumatra 


No comments

Rabu, 29 Juni 2016

Hikayat Pengemis yang Menjadi Raja

Dahulu kala, seorang raja memiliki wilayah kekuasaan yang luas dan kuat, akan tetapi dia tidak dikaruniai anak. Dia tidak memiliki pewaris yang akan menggantikannya. Sang raja itu kini telah tua.

Suatu hari dia memanggil para menterinya dan menyampaikan sebuah wasiat, “Perhatikan dengan teliti apa yang akan aku katakan. Aku ingin berwasiat sehingga setelah kematianku nanti kalian tidak kebingungan dan tidak menimbulkan fitnah dan kerusuhan di kerajaan ini. Wasiatku adalah agar setelah kematianku, kalian cepat pergi ke gerbang kota di pagi hari, dan angkatlah orang pertama yang melintasi gerbang kota sebagai raja. Kalian semua harus ada di sana dan tidak boleh ada kecurangan atau pelanggaran hak. Jangan kalian ceritakan wasiatku ini kepada siapa pun. Karena jika masyarakat mengetahui keputusanku ini, maka pagi itu, ribuan orang akan berlomba-lomba menjadi orang pertama yang melintasi gerbang kota, dan ketika itu akan muncul fitnah dan kerusuhan. Jika itu terjadi maka kalian tidak akan lagi dapat mengontrol kondisi. Ingat! Angkatlah orang pertama yang melintasi gerbang kota menjadi raja penggantiku. Jika kalian membocorkan masalah ini, maka aku tidak akan menunjukkan belas kasihan dan aku akan menghukumnya. Ini adalah rahasia yang tidak boleh kalian ungkap.”

Hari dan pekan-pekan berlalu, sampai saat itu tiba dan sang raja menghembuskan nafas terakhirnya. Masyarakat yang mengkhawatirkan nasib dan masa depan mereka, saling mengemukakan pendapat dan berbagai kemungkinan. Adapun para menteri, setelah menguburkan raja dan menggelar acara duka, mereka segera bergegas menuju pintu gerbang kota pada pagi harinya.

Keesokan paginya, para menteri berkumpul dan berdiri menanti di depan pintu gerbang kota. Mereka menunggu pintu gerbang kota dibuka dan menanti orang pertama yang akan melintasinya.

Ketika pintu gerbang kota terbuka, orang pertama yang melintas adalah seorang pengemis. Para menteri itu langsung menundukkan kepala tanda hormat kepada pengemis itu. Para menteri membawa pengemis itu ke istana dan melaksanakan acara penobatan pengemis itu sebagai raja. Adapun sang pengemis yang tidak mengetahui apa-apa dan sedang kebingungan atas perilaku para menteri itu, beranggapan bahwa mereka sedang bercanda.

Dengan demikian sang pengemis itu menjadi raja.

Hari, bulan, dan tahun demi tahun berlalu, sang pengemis itu berkuasa sebagai raja dan hidup dengan penuh nikmat. Jika dulu ia selalu bersusah payah mencari sesuap nasi untuk makan, kini ia tenggelam dalam nikmat. Ia menikmati hidup dan bersyukur kepada Tuhan karena raja sebelumnya mati tidak meninggalkan pewaris sehingga ia kini menjadi raja.

Sang raja yang dulunya sebagai pengemis itu berharap Tuhan mengkaruniainya seorang putra yang akan menjadi pewaris tahta. Meski demikian, sang raja sangat bahagia dengan apa yang dimilikinya sekarang.

Akan tetapi mengingat sang raja tidak mengetahui apa-apa tentang urusan pemerintahan, perlahan-lahan dia mulai lelah dan kontrol kerajaan pun tak terkendali. Setiap hari terjadi fitnah dan pemberontakan di wilayah kekuasaan. Kabarnya juga disampaikan kepada raja. Akan tetapi dia tidak berbuat apapun kecuali bersedih dan mengeluh.

Sang raja tidak tahu bagaimana cara meredam fitnah dan pemberontakan tersebut. Selain itu ia juga tidak mengetahui cara mengendalikan kerajaannya. Dia hanya mengurung diri di dalam istana dan bersedih.

Suatu hari, seorang kawan lama raja pulang kampung setelah bertahun-tahun ia merantau. Ketika sampai, ia mengetahui bahwa kawannya kini telah menjadi raja. Ia pun memutuskan untuk pergi ke istana dan bertemu.

Di hadapan raja ia berkata, “Aku bersyukur kepada Tuhan, karena kau telah terselamatkan dari kesusahan dan kesulitan di masa lalu dan sekarang kau hidup penuh nikmat dan kebahagiaan. Kini kau tidak perlu lagi memikirkan untuk mencari makan dan kesulitan dalam hidup ini.”

Sang raja menjawab, “Wahai kawan, aku justru merindukan hari-hari ketika aku menjadi pengemis dulu, karena ketika itu aku hanya memikirkan bagaimana untuk makan, tapi sekarang, semua kegelisahan dunia ada pada pundakku. Sekarang aku menyadari bahwa merasa berkecukupan adalah karunia terbaik yang diberikan Allah SWT kepada manusia, akan tetapi banyak manusia yang tidak mensyukurinya termasuk diriku.

No comments

Riba Tersembunyi Menjelang Idul Fitri

 
Hari raya setelah berakhrnya bulan suci, selalu diwarnai oleh aksi berbagi rezeki. Terutama dari kalangan dewasa kepada anak-anak sebagai hadiah. Karena itu pemandangan yang sering kita lihat menjelang Idul Fitri banyak orang yang menawarkan jasa penukaran uang di pinggir jalan. Mereka siap membantu memecah lembaran uang yang nominalnya lebih besar dengan uang receh, tapi dengan nilai yang tidak sama.

Misal: satu lembar uang seratus ribuan (Rp100.000) ditukar dengan uang pecahan seribu rupiah (Rp1000) milik penjual receh sebanyak 95 lembar (Rp95.000), bukan 100 lembar. Atau satu lembar uang seratus ribuan (Rp100.000) dan selembar uang lima ribuan (Rp5000) (total Rp105.000) ditukar dengan uang receh ribuan (Rp1000) milik penjual receh sebanyak 100 lembar (Rp100.000). Apakah penukaran uang ini termasuk riba?.

Benar, penukaran uang sejenis (seperti rupiah dengan rupiah) dengan nilai tak sama seperti fakta di atas termasuk riba yang haram hukumnya. Hal itu dikarenakan penukaran uang seperti itu tidak memenuhi syarat kesamaan nilai.

Perlu diketahui penukaran uang sejenis wajib memenuhi dua syarat. Jika terpenuhi dua syaratnya, hukumnya mubah. Namun jika tak terpenuhi salah satu atau keduanya, hukumnya haram karena kelebihan/tambahan yang ada adalah riba.

Dua syarat tersebut adalah : Pertama, harus ada kesamaan (at-tasawi) dalam kuantitas (al-kamiyah) atau ukuran/kadar (al-miqdar).

Kedua, harus ada serah terima (at-taqabudh) di majelis akad, yakni maksudnya harus kontan, tidak boleh ada penundaan pada salah satu dari apa yang dipertukarkan. (Taqiyuddin an-Nabhani, Muqaddimah al-Dustur, Juz II hal. 155; ‘Ayid Fadhl al-Sya’rawi,Al-Masharif al-Islamiyah, hal. 30).

Dua syarat di atas dalilnya antara lain hadits yang diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jewawut dengan jewawut, kurma dengan kurma, garam dengan garam, harus sama dengan sama (sama beratnya/takarannya), dan dari tangan ke tangan (kontan). Maka barangsiapa menambah atau minta tambah, maka dia telah berbuat riba, yang mengambil dan yang memberi dalam jual beli ini sama saja (dosanya).” (HR Muslim, no 1584).

Diriwayatkan oleh Ubadah bin Shamit RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jewawut dengan jewawut, kurma dengan kurma, garam dengan garam, harus semisal dengan semisal, sama dengan sama (sama beratnya/takarannya), dan dari tangan ke tangan (kontan). Maka jika berbeda jenis-jenisnya, juallah sesuka kamu asalkan dari tangan ke tangan (kontan).” (HR Muslim no 1210; At-Tirmidzi III/532; Abu Dawud III/248).
Dari dua hadits di atas dapat dipahami bahwa dalam penukaran barang-barang ribawi (yaitu emas, perak, gandum, jewawut, kurma, dan garam) terdapat ketentuan sebagai berikut.

Dari hadits Abu Said al-Khudri (hadits pertama), dapat dipahami jika barang yang ditukarkan masih satu jenis (misal emas dengan emas), syaratnya ada dua; Pertama, harus ada kesamaan (at-tasawi) dalam hal beratnya (al-wazan) atau takarannya (al-kail). Hal ini didasarkan pada bunyi hadits “mitslan bi mitslin”, yakni dalam penukaran barang-barang ribawi (al-ashnaf al-ribawiyah) tersebut harus dilakukan dalam jumlah atau ukuran yang sama. Jadi diharamkan adanya tambahan atau kelebihan (at-tafadhul).

Kedua, harus ada serah terima (taqabudh) di majelis akad, yakni dilakukan secara kontan. Hal ini didasarkan pada bunyi hadits “yadan bi yadin” (dari tangan ke tangan), yakni dalam penukaran barang-barang ribawi (al-ashnaf al-ribawiyah) harus dilakukan secara kontan. Jadi diharamkan jika terjadi penundaan (al-ta`jil).

Dari hadits Ubadah bin Shamit (hadits kedua) dapat dipahami bahwa jika barang yang ditukarkan tidak satu jenis (misal emas dengan perak), maka boleh ada kelebihan atau tambahan, dan syaratnya hanya satu saja, yaitu harus dilakukan secara kontan. Ini ditunjukkan oleh lafazh hadits “idza kaana yadan biyadin” (jika hal itu dilakukan secara kontan). (‘Ayid Fadhl al-Sya’rawi, Al-Masharif al-Islamiyah, hal. 30).

Dalil-dalil di atas berlaku pula untuk penukaran mata uang (al-sharf), sebagaimana berlaku pada emas dan perak seperti terdapat dalam teks hadits. Ini bukan karena Qiyas, melainkan karena sifat yang ada emas dan perak, yaitu sebagai mata uang, juga terdapat pada uang (al-nuqud). (Taqiyuddin an-Nabhani, an-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam, hal. 264)

Dengan demikian, untuk penukaran uang yang sejenis (misal rupiah dengan rupiah, atau dolar AS dengan dolar AS), syaratnya ada dua. Yaitu pertama, harus sama nilainya. Kedua, harus dilakukan secara kontan. Sedangkan untuk penukaran uang yang tak sejenis (misal rupiah dengan dolar AS), syaratnya satu saja, yaitu harus dilakukan secara kontan. (Taqiyuddin an-Nabhani, Muqaddimah al-Dustur, Juz II hal. 155; Abul A’la al-Maududi, Ar-Riba, hal. 114; Sa’id bin Ali al-Qahthani, Ar-Riba Adhraruhu wa Atsaruhu, hal. 23).

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya menukar uang seratus ribuan (Rp100.000) dengan uang receh ribuan (Rp1000) milik penjual receh sebanyak 95 lembar. Sebab nilainya tidak sama. Dalam hal ini si penjual uang receh telah mendapat kelebihan Rp5000, yang tak diragukan lagi adalah riba yang haram hukumnya.

Demikian pula haram hukumnya menukar satu lembar uang seratus ribuan (Rp100.000) ditambah selembar uang lima ribuan (Rp5000) (total nilainya Rp105.000) dengan uang receh ribuan (Rp1000) milik penjual receh sebanyak 100 lembar (Rp100.000). Sebab nilainya tidaklah sama. Dalam hal ini si penjual uang receh juga mendapat kelebihan Rp5000, yang jelas merupakan riba yang haram hukumnya.

Namun yang berdosa bukan hanya penjual receh, melainkan termasuk juga yang menukarkan. Karena menurut hadits, baik pemberi maupun penerima sama-sama telah melakukan transaksi riba. Perhatikanlah sabda Nabi SAW :
“Barangsiapa menambah (yaitu dari pihak pemberi/pembeli) atau minta tambah (yaitu dari pihak penerima/penjual), maka ia telah melakukan riba, yang mengambil dan yang memberi dalam jual beli ini sama saja (dosanya).” (HR Muslim, no 1584).

Ingatlah bahwa riba adalah dosa besar. Na`uzhu billah mindzalik. Sabda Nabi SAW:
“Jauhilah olehmu tujuh perkara yang membinasakan.” Para shahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, apa itu?” Rasulullah menjawab,’Syirik, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh zina kepada perempuan mukmin yang baik-baik.” (HR Bukhari no 2015, Muslim no 89)

Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda :
“Riba memiliki 73 macam pintu (tingkatan dosa). Dosa riba yang paling ringan adalah seperti seorang laki-laki yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri.” (HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak, II/37. Beliau berkata : Ini adalah hadits shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim meski keduanya tidak meriwayatkan hadits tersebut, dan penilaian kesahihan hadits ini disetujui oleh Imam Dzahabi. Dinilai shahih pula oleh Syaikh Nashiruddin al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah, II/27).

Dari Abdullah bin Hanzhalah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang, padahal dia tahu, lebih besar dosanya dari 36 kali berzina.” (HR Ahmad dalam al-Musnad, V/225. Syaikh Nashiruddin al-Albani berkata,”Sanad hadits ini shahih menurut syarat Syaikhaini (Bukhari dan Muslim)”. LihatSilsilah Al-Ahadits al-Shahihah, II/29).
Maka dari itu, sudah seharusnya kita semua menghindarkan diri dari semua jenis riba, termasuk riba dalam penukaran uang receh yang tidak senilai ini.

Sudah saatnya umat Islam menghapuskan riba yang berlumuran dosa ini dalam segala bentuknya. Sebab jika tidak, Allah SWT melalui Nabi-Nya telah memperingatkan dengan keras, bahwa suatu negeri yang bergelimang riba, akan mendapat azab Allah. Sabda Rasulullah SAW :
“Jika telah merajalela zina dan riba di suatu negeri, maka sungguh mereka telah menghalalkan diri mereka untuk menerima azab Allah.” (HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak, II/37. Dinilai shahih oleh Imam al-Hakim, dan penilaian ini disetujui oleh Imam Dzahabi).

Sampai kapankah kita terus menerus menderita karena diazab oleh Allah, baik itu dalam bentuk kemiskinan, kelaparan, kehinaan, gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus, maupun azab-azab Allah lainnya? Wallahu a’lam. (M. Shiddiq al-Jawi).

Demikianlah penjelasan Riba Tersembunyi Menjelang Idul Fitri yang patut kita waspadai. Jangan sampai niat untuk berbuat baik, terkotori oleh perbuatan yang justru melanggar syariat. Semoga kita dijauhkan dari transaksi ribawi.


 








Sumber : Akun fb Pengusaha Tanpa Riba 

No comments

Jumat, 24 Juni 2016

10 Pedoman Hidup dari Sunan Kalijaga; Jangan Sok Pandai Agar Tak Salah Arah


Siapa yang tak kenal Sunan Kalijaga? Selain sebagai ulama, satu dari sembilan Wali Songo ini terkenal sebagai ilmuwan, pujangga, seniman, serta pejuang dan tidak mengenal lelah. Beliau selalu berpikir jauh ke depan, kritis, tegas, namun tetap bijaksana.
 
Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Said, putera Adipati Tuban, Tumenggung Wilakita. Dikutip dari laman sunankalijaga.com, Sunan Kalijaga adalah murid Sunan Ampel, Sunan Bonang, dan Sunan Gunung Jati.

Dengan kepribadian, keberanian, dan kebijaksanaan yang Ia miliki, akhirnya masyarakat khususnya di tanah Jawa secara perlahan memeluk agama Islam dengan penuh kesadaran, bukan karena dipaksa melalui jalan kekerasan.

Berikut 10 pedoman hidup dari Sunan Kalijaga, seperti dilansir media-islam:

1. Urip Iku Urup
(Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik)

2. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dgn sikap bijak, lembut hati dan sabar)

4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho
(Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu)

6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja)

7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi)

8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka
(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka)

9. Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat)

10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)



No comments

Catatan Ringan Seputar Imam Shalat Tarawih




 Manajemen Jamaah
Tentu saja nasehat tentang pentingnya ikhlas karena Allah, dan tidak terburu-buru dalam shalat, namanya saja Tarawih (banyak istirahat & santai). Tak lupa hendaknya para Imam sebaiknya mendalami secara khusus Fiqh Tarawih.

Memperhatikan kondisi mayoritas makmum, alangkah baiknya jika Imam menghendaki bacaan yang panjang (1 juz per malam) agar mengkondisikan para jamaah secara bertahap, jika belum mampu hendaknya tidak memaksakan.

Ada baiknya para Imam memberitahukan sekilas kepada jamaah tentang apa yang akan dibaca, baik lagi jika ada waktu dan manajemen memungkinkan, menjelaskan kandungan yang sedang dibaca dalam kultum singkat padat makna.

Bacaan Imam Saat Shalat
Hendaknya membaca dengan tingkat Hadr (tempo cepat), dan Qashrul Munfashil (memendekkan Mad Jaiz Munfashil) dalam rangka meringankan makmum.

Inilah tradisi Salaf dan Para Imam Qurra'. Sebagian dari Qurra' Sab'ah (Imam Rujukan Qiraat Sab'ah) misalnya Hamzah Az Zayyat & Abu Amru Al-Bashri tatkala memimpin shalat mereka membaca dengan Hadr.

Apa definisi Hadr الحدر?
Kata seorang pakar Tajwid dan Qiraat - Imam AdDani:
سرعة القراءة مع تقويم الألفاظ

Cepatnya bacaan disertai penyempurnaan lafaz. 

Hendaknya seorang Imam menyadari bahwa selain memimpin shalat ia juga berfungsi sebagai perantara Kalam Allah kepada telinga & hati manusia, sebab itu hendaknya berusaha memposisikan diri sebagai orang yang sedang diajak bicara oleh Al-Qur'an, sebagaimana dikatakan Imam Ibnul Qayyim.

Bagaimana cara memposisikan diri sebagai orang yang diajak bicara oleh Al-Qur'an?

Rasulullah saw telah memberi contoh, bahwa jika beliau sedang membaca, dideskripsikan oleh istrinya Ummu Salamah sebagai قراءة مفسرة "bacaan yang tertafsirkan dengan sendirinya" sampai ke hati pendengar.

Dalam rangka sampai ke Qiraah Mufassarah tadi -meski tempo bacaannya Imam cepat- diperlukan:

1. Kemampuan untuk memulai (ibtida') dan berhenti (waqaf) dengan baik, kapan dan di mana ia harus memulai & berhenti. Dalam hal ini kaidahnya adalah Waqaf-Ibtida mengikuti makna, bukan makna yang mengikuti Waqaf-Ibtida.

2. Kemampuan menyenandungkan tinggi-rendah nada kalimat sesuai dengan makna yang dikandungnya. Hendaknya jika melewati sujud tilawah memberi tahu makmum sebelum dimulainya rakaat tersebut, agar makmum dapat mempersiapkan diri dan tidak kaget.

Doa Qunut Witir
Umumnya para Imam Tarawih sudah tahu perbedaan pendapat kapan - tanggal berapa- memulai Qunut. Ada yang memulai dari tanggal 1, atau 15, dan sebagainya, sesuai dengan tradisi jamaah yang dipimpinnya. Yang kurang diperhatikan adalah bahwa semestinya doa Qunut Witir itu tidak perlu takalluf (memaksakan) baik dalam "mengarang" lafaz2 doa hingga bersajak, atau mendetilkan permintaan dalam doa atau pun takalluf dalam memanjangkan doa hingga terlalu lama.

Lebih baik cukupkan doa pada yang ma'tsur, yang ada dalam Qur'an dan Sunnah, doa-doa yang ma'tsur umumnya bersifat singkat dan padat. Kalau pun ada doa yang dibuat sendiri sebaiknya tidak takalluf. Ini lebih dekat dengan sunnah.

Ada baiknya dalam masalah Qunut ini para Imam Tarawih mendalami Fiqh Doa, bisa merujuk ke buku Tashih Ad-Du'a karya Syekh DR Bakr Abu Zaid rahimahullah.
Wallahu a'lam

di tulis oleh : Faris Jihady Hanifa, Lc
Sydney, Ramadhan 1437H
No comments

Kamis, 23 Juni 2016

FILOSOFI LAGU RAKYAT "GUNDOL-GUNDOL PACUL"



Inspirasi dari lagu. ya, lagu memang banyak menyimpan makna karena pada dasarnya lagu di ciptakan dari isi hati seseorang yang di pelajari selama hidupnya. Salah satu lagu lama yang dulu waktu saya masih kecil lumayan populer namun tidak mengerti maksud dari lagu itu sebab lagu ini di nyanyikan dengan penuh kegembiraan sehingga lupa makna yang terkandung di dalamnya.

Tembang Jawa yang mungkin hampir semua orang jawa pernah menyanyikannya...ya, lagu Gundul gundul pacul


"Gundul gundul pacul cul, gemblelengan......"

Tembang Jawa ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya pada saat masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia. Gundul adalah kepala plonthos  tanpa rambut.

Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Jadi gundul adalah kehormatan tanpa mahkota, karena gundul artinya kepala yang dicukur rambutnya sampai habis (botak) sehingga tak ada lagi mahkota yang terpakai di kepala.

Pacul adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Jadi pacul adalah lambang kawula rendah, rakyat biasa atau rakyat jelata yang biasanya identik dengan petani.

Gundul pacul artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyat yang di pimpinnya. Tugas seorang pemimpin bukan hanya bertahta saja namun juga harus berfikir dan bekerja untuk kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya untuk mencapai kesejahteraan orang banyak.
    
   
Orang Jawa mengatakan "pacul" adalah "papat kang ucul (4 yg lepas)".
Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagamana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat/orang banyak.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

​GUNDOL-GUNDOL PACUL CUL
Artinya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan
GEMBELENGAN
Artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.
NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL KUL
Artinya menjunjung amanah rakyat/orang banyak) dg GEMBELENGAN (= sombong hati), akhirnya
WAKUL NGGLIMPANG
Artinya amanah jatuh gak bisa dipertahankan.
SEGANE DADI SAK LATAR
Artinya berantakan sia-sia dna tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak.


Ternyata maknanya dalem !!



No comments

Senin, 10 Februari 2014

Surat yang Dibaca Ketika Shalat Dhuha



Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang memiliki keutamaan yang luar biasa, sebagaimana telah dibahas pada artikel Keutamaan Shalat Dhuha

Lalu, ada pertanyaan, surat apa yang dibaca setelah rakaat pertama dan rakaat kedua shalat dhuha? Karena tidak ada dalil shahih yang menetapkan hal tersebut, para ulama berkesimpulan bahwa setelah membaca surat Al Fatihah boleh membaca surat apa saja dari Al Qur’an.

Adapun hadits 

صلوا ركعتى الضحى بسورتيهما والشمس وضحاها والضحى
“Shalatlah dua rakaat dhuha dengan membaca dua surat dhuha, yaitu surat Was syamsi wadhuhaa haa dan surat Adh dhuha.” (HR. Ad Dailami dari Uqbah bin Amr, dicantumkan dalam Jami’ul Ahadits)

dinilai dhaif oleh para ulama ahli hadits. Bahkan, Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih wa Dha’ih Jami’us Shaghir menilai hadits tersebut maudhu’ (palsu). 

Jadi, dalam shalat dhuha, setelah membaca surat Al Fatihah boleh membaca surat apa saja dari Al Qur’an, tidak harus surat Asy Syam dan Adh Dhuha. Bahkan, meyakini keharusan membaca surat Asy Syam dan Adh Dhuha pada shalat Dhuha adalah keyakinan yang tidak berdasar. Wallahu a’lam bish shawab

sumber : http://www.bersamadakwah.com
No comments

Waktu Terbaik Shalat Dhuha, Jam Berapa?



Seperti dijelaskan sebelumnya, shalat Dhuha memiliki 3 keutamaan yang luar biasa. Lalu, kapan waktu terbaik shalat dhuha? Berikut ini hadits-hadits dan penjelasan waktu terbaik shalat Dhuha. 

أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ فِى غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ. إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
Bahwasanya Zaid bin Arqam melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha (di awal pagi). Dia berkata, “Tidakkah mereka mengetahui bahwa shalat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan’” (HR. Muslim)

أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْماً يُصَلُّونَ فِى مَسْجِدِ قُبَاءٍ مِنَ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ فِى غَيْرِ هَذِه السَّاعَةِ أَفْضَلُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ إِنَّ صَلاَةَ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
Bahwasanya Zaid bin Arqam melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha di masjid Quba. Dia berkata, “Tidakkah mereka mengetahui bahwa shalat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan’” (HR. Ahmad dan Baihaqi)

Ketika menjelaskan hadits riwayat Muslim di atas dalam Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Musthafa Al Bugha, Syaikh Musthafa Said Al Khin, Syaikh Muhyidin Mistu, Syaikh Ali Asy Syirbaji dan Syaikh Muhammad Amin Luthfi mengatakan: “Waktu shalat dhuha dimulai sejak matahari beranjak tinggi sampai matahari mendekati posisi tengah. Tapi, yang paling utama adalah saat matahari meninggi dan sudah terasa panas.”

Kalau di Indonesia, waktu terbaik Shalat Dhuha yang dimaksudkan dalam hadits dan penjelasannya di atas adalah sekitar pukul 9.30 WIB untuk Wilayah Jambi, pukul 9.00 WIB untuk DKI Jakarta. Sedangkan daerah lainnya menyesuaikan, bisa melihat jadwal shalat yang telah banyak tersedia baik cetak maupun online.

Para ulama tersebut juga menjelaskan hikmah waktu terbaik shalat Dhuha ini. Mereka mengatakan: “Hikmahnya, agar menjauh dari waktu terlarang untuk shalat, yaitu saat matahari terbit.”

Wallahu a’lam bish shawab.

sumber : http://www.bersamadakwah.com/2014/01/waktu-terbaik-shalat-dhuha-jam-berapa.html
No comments

3 Keutamaan Shalat Dhuha



Shalat Dhuha memiliki keutamaan yang luar biasa. Berikut ini hadits-hadits yang menunjukkan 3 keutamaan shalat Dhuha:

1. Shalat Dhuha 2 rakaat senilai 360 sedekah

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى

“Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan shadaqahnya. Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah, dan melarang berbuat munkar adalah shadaqah. Semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua rakaat.” (HR. Muslim)

فِى الإِنْسَانِ ثَلاَثُمِائَةٍ وَسِتُّونَ مَفْصِلاً فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهُ بِصَدَقَةٍ. قَالُوا وَمَنْ يُطِيقُ ذَلِكَ يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا وَالشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُكَ

“Di dalam tubuh manusia terdapat tiga ratus enam puluh sendi, yang seluruhnya harus dikeluarkan shadaqahnya.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah yang mampu melakukan itu wahai Nabiyullah?” Beliau menjawab, “Engkau membersihkan dahak yang ada di dalam masjid adalah shadaqah, engkau menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan adalah shadaqah. Maka jika engkau tidak menemukannya (shadaqah sebanyak itu), maka dua raka’at Dhuha sudah mencukupimu.” (HR. Abu Dawud)

2. Shalat Dhuha 4 rakaat membawa kecukupan sepanjang hari

يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِى مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِى أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad)

3. Menjaga shalat Dhuha dicatat sebagai awwabiin

لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب وهي صلاة الأوابين
“Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali taat). Inilah shalat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah; hasan)

Demikian 3 keutamaan Shalat Dhuha, semoga semakin menguatkan kita dalam mengamalkan salah satu sunnah Nabi ini. 

sumber : http://www.bersamadakwah.com/2013/12/3-keutamaan-shalat-dhuha.html
No comments