SELAMAT DATANG DI BLOG PENJELAJAH ILMU, SEMOGA MENJADI AMAL....! >>>>>>> MAAF BLOG INI MASIH DALAM PERBAIKAN.......

Rabu, 29 Juni 2016

Hikayat Pengemis yang Menjadi Raja

13.06.00

Share it Please

Dahulu kala, seorang raja memiliki wilayah kekuasaan yang luas dan kuat, akan tetapi dia tidak dikaruniai anak. Dia tidak memiliki pewaris yang akan menggantikannya. Sang raja itu kini telah tua.

Suatu hari dia memanggil para menterinya dan menyampaikan sebuah wasiat, “Perhatikan dengan teliti apa yang akan aku katakan. Aku ingin berwasiat sehingga setelah kematianku nanti kalian tidak kebingungan dan tidak menimbulkan fitnah dan kerusuhan di kerajaan ini. Wasiatku adalah agar setelah kematianku, kalian cepat pergi ke gerbang kota di pagi hari, dan angkatlah orang pertama yang melintasi gerbang kota sebagai raja. Kalian semua harus ada di sana dan tidak boleh ada kecurangan atau pelanggaran hak. Jangan kalian ceritakan wasiatku ini kepada siapa pun. Karena jika masyarakat mengetahui keputusanku ini, maka pagi itu, ribuan orang akan berlomba-lomba menjadi orang pertama yang melintasi gerbang kota, dan ketika itu akan muncul fitnah dan kerusuhan. Jika itu terjadi maka kalian tidak akan lagi dapat mengontrol kondisi. Ingat! Angkatlah orang pertama yang melintasi gerbang kota menjadi raja penggantiku. Jika kalian membocorkan masalah ini, maka aku tidak akan menunjukkan belas kasihan dan aku akan menghukumnya. Ini adalah rahasia yang tidak boleh kalian ungkap.”

Hari dan pekan-pekan berlalu, sampai saat itu tiba dan sang raja menghembuskan nafas terakhirnya. Masyarakat yang mengkhawatirkan nasib dan masa depan mereka, saling mengemukakan pendapat dan berbagai kemungkinan. Adapun para menteri, setelah menguburkan raja dan menggelar acara duka, mereka segera bergegas menuju pintu gerbang kota pada pagi harinya.

Keesokan paginya, para menteri berkumpul dan berdiri menanti di depan pintu gerbang kota. Mereka menunggu pintu gerbang kota dibuka dan menanti orang pertama yang akan melintasinya.

Ketika pintu gerbang kota terbuka, orang pertama yang melintas adalah seorang pengemis. Para menteri itu langsung menundukkan kepala tanda hormat kepada pengemis itu. Para menteri membawa pengemis itu ke istana dan melaksanakan acara penobatan pengemis itu sebagai raja. Adapun sang pengemis yang tidak mengetahui apa-apa dan sedang kebingungan atas perilaku para menteri itu, beranggapan bahwa mereka sedang bercanda.

Dengan demikian sang pengemis itu menjadi raja.

Hari, bulan, dan tahun demi tahun berlalu, sang pengemis itu berkuasa sebagai raja dan hidup dengan penuh nikmat. Jika dulu ia selalu bersusah payah mencari sesuap nasi untuk makan, kini ia tenggelam dalam nikmat. Ia menikmati hidup dan bersyukur kepada Tuhan karena raja sebelumnya mati tidak meninggalkan pewaris sehingga ia kini menjadi raja.

Sang raja yang dulunya sebagai pengemis itu berharap Tuhan mengkaruniainya seorang putra yang akan menjadi pewaris tahta. Meski demikian, sang raja sangat bahagia dengan apa yang dimilikinya sekarang.

Akan tetapi mengingat sang raja tidak mengetahui apa-apa tentang urusan pemerintahan, perlahan-lahan dia mulai lelah dan kontrol kerajaan pun tak terkendali. Setiap hari terjadi fitnah dan pemberontakan di wilayah kekuasaan. Kabarnya juga disampaikan kepada raja. Akan tetapi dia tidak berbuat apapun kecuali bersedih dan mengeluh.

Sang raja tidak tahu bagaimana cara meredam fitnah dan pemberontakan tersebut. Selain itu ia juga tidak mengetahui cara mengendalikan kerajaannya. Dia hanya mengurung diri di dalam istana dan bersedih.

Suatu hari, seorang kawan lama raja pulang kampung setelah bertahun-tahun ia merantau. Ketika sampai, ia mengetahui bahwa kawannya kini telah menjadi raja. Ia pun memutuskan untuk pergi ke istana dan bertemu.

Di hadapan raja ia berkata, “Aku bersyukur kepada Tuhan, karena kau telah terselamatkan dari kesusahan dan kesulitan di masa lalu dan sekarang kau hidup penuh nikmat dan kebahagiaan. Kini kau tidak perlu lagi memikirkan untuk mencari makan dan kesulitan dalam hidup ini.”

Sang raja menjawab, “Wahai kawan, aku justru merindukan hari-hari ketika aku menjadi pengemis dulu, karena ketika itu aku hanya memikirkan bagaimana untuk makan, tapi sekarang, semua kegelisahan dunia ada pada pundakku. Sekarang aku menyadari bahwa merasa berkecukupan adalah karunia terbaik yang diberikan Allah SWT kepada manusia, akan tetapi banyak manusia yang tidak mensyukurinya termasuk diriku.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentarnya..
Salam Beramal