SELAMAT DATANG DI BLOG PENJELAJAH ILMU, SEMOGA MENJADI AMAL....! >>>>>>> MAAF BLOG INI MASIH DALAM PERBAIKAN.......

Minggu, 13 Oktober 2013

Hari Raya Idul Adha dan Puasa Arafah

23.53.00

Share it Please
 

Pada kesempatan kali ini saya coba searching dibantu mbah gugle akhirnya dapet jg sedikit pencerahan dan referensi tentang asal muasal hari Raya Idul Adha atau yang sering kita namakan hari Raya Kurban. Kali ini coba akan di cari tahu awal kisah diperintahkannya umat Islam untuk berkurban dan tentang puasa Arafah.

Kita mulai cerita dari kelahiran Nabi Ismail. Nabi Ismail merupakan putra dari Nabi Ibrahim dari istrinya yang bernama Siti Hajar. Pada saat itu Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah untuk diberikan keturunan yang baik, lalu Allah memberikan kabar gembira kepadanya bahwa doa itu akan segera dikabulkan. Ketika Ibrahim menetap di negeri Baitul Maqdis selama sepuluh tahun, Sarah berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan telah menetapkan bahwa aku tidak akan bisa melahirkan. Oleh karena itu nikahilah pelayanku ini semoga Allah memberikan anak kepada kita melaluinya.
        Setelah Ibrahim menyetujui usul istrinya tersebut, maka ia menikahi hamba sahaya yang diberikan oleh raja mesir sebelumnya. Tak lama kemudian Hajar pun hamil. Malaikat memberitahukan bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki diberi nama Ismail. Setelah besar nanti ia akan dikenal seluruh masyarakat dan banyak membantu orang. Orang banyak pun akan membantunya. Kemudian ia juga akan menguasai seluruh negeri saudaranya. Maka Siti Hajar pun mengucapakan syukur atas hal tersebut.
         Ketika Siti Hajar melahirkan Ismail, kecemburuan Siti Sarah makin membara. Sarah meminta Ibrahim untuk menyingkirkan Hajar dari pandangannya. Maka dari itu dengan berat hati nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismail yang saat itu masih bayi keluar dari rumah dan berjalan hingga sampai di suatu tempat yang sekarang dikenal sebagai Kota Makkah.
       Setelah menemukan tempat tersebut, kemudian Nabi Ibrahim berniat meninggalkan mereka untuk kembali ke Negeri Syam. Namun Siti Hajar mencegahnya, tapi setelah mengetahui bahwa ini merupakan perintah Allah, maka Siti Hajar pun mengikhlas kepergian Ibrahim. Setelah cukup jauh berjalan, Nabi Ibrahim berhenti kemudian berbalik ke belakang seraya berdoa. Doa Nabi Ibrahim terdapat di dalam Al-Quran Surah Ibrahim: 37.
          Saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, Siti Hajar tetap memberikan asi kepada Ismail, namun lama kelamaan bekal air mereka habis dan air susu Siti Hajar pun mengering. Karena tidak tega melihat anaknya yang gelisah karena haus, maka ia pun memutuskan pergi dari tempat itu. Lalu setelah lama berjalan sampailah mereka di bukit Shafa. Kemudian Siti Hajar memandang sekitar untuk mencari seseorang yang dapat membantunya, namun tak ada seorang pun di sana. Kemudian dia turun dari bukit itu sambil berlari-lari kecil menuju bukit Marwah, namun lagi-lagi ia tidak melihat siapapun di sana. Selanjutnya ia bolak-balik di kedua bukit itu dan melakukan hal yang sama. Rasulullah bersabda, ‘Itulah alasan disyariatkannya bersa’i antara kedua bukit itu’. (saat haji/umrah)
        Ketika Siti Hajar berada di atas bukit Marwah untuk ketujuh kalinya, ia mendengar ada suara yang memanggilnya. Dan setelah dicari darimana asal suara tersebut ternyata suara tersebut merupakan suara malaikat. Siti Hajar melihat malaikat tersebut menghentakkan kakinya hingga keluarlah mata air di tempat itu. Setelah melihat hal tersebut Siti Hajar pun segera menuju tempat tersebut. Ia menciduk air tersebut dan memasukkannya ke dalam kantong. Air tersebut segera diminum dan setelah itu Siti Hajar memberikan susu pada anaknya.
         Hajar menjalani kehidupannya dengan meminum air Zamzam. Hingga pada suatu hari ada sekelompok orang yang berasal dari Jurhum. Setelah mencari tahu bahwa daerah yang ditempati Siti Hajar terdapat air, maka kelompok tersebut meminta izin kepada Siti Hajar untuk menetap di sana. Siti Hajar pun senang atas kedatangan kelompok tersebut. Maka meneteplah kelompok Jurhum tersebut, hingga akhirnya kota Makkah semarak dengan keberadaan sejumlah keluarga di sana.
      Ismail pun bertambah besar dan mulai dewasa, maka ia dinikahkan dengan wanita dari kelompok Jurhum. Tak lama kemudian ibunda Ismail menghadap ke haribaan Allah.
       Setelah beberapa lama ibu Ismail meninggal akhirnya Ismail dapat bertemu kembali dengan ayahnya yaitu Nabi Ibrahim. Pada saat itu Nabi Ibrahim bermimpi dalam tidurnya seakan ia mendapatkan perintah untuk menyembelih Ismail. Hal tersebut merupakan ujian yang sangat berat, mengingat Ismail adalah putera yang sangat ia sayang dan mereka baru saja bertemu. Lalu nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya kepada Ismail. Karena nabi Ismail adalah anak yang berbakti maka ia langsung mempersilahkan ayahnya untuk melakukan hal tersebut. Setelah keduanya sama-sama berserah diri, kemudian nabi Ibrahim merebahkan anaknya dengan pelipis menempel di tanah. Setelah nabi Ibrahim berusaha menggerakkan pisaunya di leher Ismail, Allah memanggilnya, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Kemudian anak itu diganti dengan seekor hewan sembelihan besar. Perintah menyembelih Ismail terdapat di surah Ash-Shaaffaat: 99-113.
         Dari sinilah kisah perintah berkurban dianjurkan kepada umat Islam untuk mengukur sampai di mana keataatan seorang hamba. Berkurban merupakan perintah langsung dari Allah swt, di mana Allah menguji kesabaran, keikhlasan dan ketaatan hamba-hamba-Nya agar mereka senantiasa menjadi hamba yang bersyukur.

PUASA ARAFAH



        Puasa Arafah adalah puasa yang  jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa Arafah dinamakan demikian karena saat itu jamaah haji sedang wukuf di terik matahari di padang Arafah. Puasa Arafah ini dianjurkan bagi mereka yang tidak berhaji. Sedangkan yang berhaji tidak disyariatkan puasa ini.
 Mengenai hari Arofah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim)
        Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arofah adalah hari pembebasan dari api neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa saja yang sedang wukuf di Arofah dan penduduk negeri kaum muslimin yang tidak melaksanakan wukuf. Oleh karena itu, hari setelah hari Arofah –yaitu hari Idul Adha- adalah hari ‘ied bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Baik yang melaksanakan haji dan yang tidak melaksanakannya sama-sama akan mendapatkan pembebasan dari api neraka dan ampunan pada hari Arofah.” (Lathoif Al Ma’arif, 482)
        Mengenai keutamaan puasa Arafah disebutkan dalam hadits Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).
     Ini menunjukkan bahwa puasa Arafah adalah di antara jalan untuk mendapatkan pengampunan di hari Arafah. Hanya sehari puasa, bisa mendapatkan pengampunan dosa untuk dua tahun. Luar biasa fadhilahnya ...
      Hari Arafah pun merupakan waktu mustajabnya do’a sebagaimana disebutkan dalam hadits,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu)”.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Jadi, berkurban dan puasa arafah itu memiliki keutamaan begitu besar, makanya kita diperintahkan untuk menjalankannya. Untuk sahabat ku jangan lupa ya untuk berkurban dan puasa arafah, kalau belum mampu berkurban setidaknya puasa arafah dulu aja deh.
Sekian dulu yak,,,

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentarnya..
Salam Beramal