SELAMAT DATANG DI BLOG PENJELAJAH ILMU, SEMOGA MENJADI AMAL....! >>>>>>> MAAF BLOG INI MASIH DALAM PERBAIKAN.......

Jumat, 16 Agustus 2013

Sebuah Ironi Janji Kemerdekaan yang terkhianati

10.35.00

Share it Please



Disaat kita menyambut hari kemerdekaan, ternyata kita sendiri belum merdeka dari sikap apatis terhadap negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan negara kita dan negara antar bangsa lain. Padahal jelas, pada pembukaan UUD 1945 disebut terus tiap hari senin (anak sekolah) dan tgl 17 (pns) dan 17 Agustus (hari kemerdekaan),
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." (bait pertama pembukaan UUD 45).
Untuk apa kalimat-kalimat pembukaan itu dibaca terus jika nyatanya tidak bisa menjadi negara pelopor kemerdekaan, pelopor keadilan, dan memberikan sumbangsih bagi hidupnya perikemanusiaan yang adil dan beradab.

Keengganan kita untuk turut berbelasungkawa menunjukaan keegoisan dan kesombongan dimata dunia. Bait-bait kata yang menjadi pembuka dan aturan dasar negara di artikan hanya sebagai bagian aktivitas ceremony dan pelengkap tak ubahnya seperti hiasan seni yang melenakan. Begitukah...? Jika hidup kita telah di penuhi dengan rasa nyaman dan terlena dengan hiasan-hiasan buatan manusia maka wajar saja kalau kepedulian kita kepada sesama telah hilang. Kita melihat tapi tidak merasakan. kita mendengar tapi tidak merasakan dan kitapun menyentuh kepedulian itu tapi ternyata kita egois dan tidak peduli. Dihari menenangan kita, mana kemenangan itu?apakah hanya di wujudkan dengan gema takbir SEMALAM saja?

Setiap jeritan rakyat indonesia dan dunia seharusnya menjadi kerisauaan para pemimpin untuk benar-benar menjadi pemimpin yang selalu mendengar, selalu mengerti dan selalu memberi (bukan hanya prihatin) bantuan seperti apa yang di suarakan ketika meminta untuk dipilih (red.pemilu, demokrasi) oleh rakyat yang sekarang juga meminta untuk di layani. bukankah tujuan pemimpin adalah melayani?
jika tidak, turunlah saja, biarkan rakyat menjalankan pemerintah dengan produk hukumnya sendiri.

Ketika pemimpin sudah tak mendengar jeritan dan derita rakyat yang bukan hanya menjerit karena belum makan 3 hari atau menyuarakan tentang kesejahteraan yang perlu di tingkatkan atau mengingatkan tentang kejujuran para pemimpin tapi juga mengajak untuk menjadi bagian dari manusia yang peduli akan kemanusiaannya. Maka rakyat tak perlu repot-repot memilihnya pada pemilu selanjutnya dn teruslah jeritkan suara kita, karena itu yang bisa rakyat lakukan atas ketulian penguasa/pemimpin agar telinganya yang mungil mendengar kepanasan dan terbangun dari kelenaannya. Sabarlah wahai rakyat.

Tragedi kemanusiaan di Mesir, Palestina, Syiria, Burma, India, Afganistan adalah bentuk kebiadaban manusia zaman modern yang seharusnya menjadi perhatian dunia tapi ternyata dengan kemodernan manusia menjadi hilang kepeduliannya. kecanggihan teknologi menjadi bagian dari kebohongan konspirasi dunia yang memutar balikkan kebenaran. menjadikan kebiadaban manusia menjadi hal yang biasa saja dan menyihir manusia-manusia di dunia untuk percaya dan terarah mindset-nya.

Sudah saatnya kita tahu, mengerti, merasa dan bangkit sendiri (rakyat yang peduli) dan menyuarakan kepedulian kita, bukan hanya diam saja. ketidak mampuan kita secara fisik untuk menunjukan rasa empati tidak menghentikan kita untuk menunjukannya di media lain. Dan untuk itu, kepada masyarakat yang rasa kemanusiaannya belum tergantikan dengan semenit berita palsu berikanlah waktu dan tenaga kita untuk hari ini (16/08/2013), hari menjelang kemerdekaan bangsa kita untuk turun ke jalan menjeritkan keras-keras dan bersama-sama dengan suara yang sangat lantang kepada pemimpin kita, saudara kita dan kepada dunia bahwa kita bukanlah orang (rakyat yang merdeka) yang MENGHIANATI JANJI KEMERDEKAAN kita.

Allahuakbar....Allahuakbar...Allahuakbar.........*Gema Kemenangan
Salam Negarawan,,,,,,,,,,,,
Merdeka......
Merdeka......
Merdeka......
Merdeka......
Merdeka......
Merdeka......
Merdeka......
Merdeka......
Merdeka......
Merdeka......

Hidup Rakyat Indonesia,
Hidup Rakyat Dunia

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentarnya..
Salam Beramal